CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 18 September 2012

PERANG PUPUTAN MARGARANA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang

Sebagai generasi muda yang menjadi ujung tombak suatu negara sepantasnya jangan sampai melupakan sejarah karena sejarah merupakan bagian dari masa lalu yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari –hari kita yang sekarang dan di masa depan.
            Jangan sekali-kali melupakan sejarah atau yang lebih dikenal dengan “Jas Merah” adalah salah satu seruan dari salah satu putra terbaik bangsa, Ir. Soekarno yang patut kita pahami dan resapi maknanya. Indonesia tidak akan ada tanpa sejarah, maka dari itu kita harus mempelajari sejarah dengan baik sebagai pedoman hidup di masa depan.
            Salah satu sejarah yang masih bisa kita kenang sampai saat ini terutama di Bali khususnya di kabupaten Tabanan adalah peristiwa “Perang Puputan Margarana” yang sangat cocok untuk dijadikan objek dalam karya tulis ini.

1.2             Rumusan Masalah
Bertolak dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan bahan permasalahan sebagai berikut :
a)      Bagaimana peristiwa perang Puputan Margarana Bisa Terjadi?
b)      Apa penyebab Perang Puputan Margarana?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah  sebagai berikut :
a)      Mengetahui sejarah peristiwa Perang Puputan Margarana
b)      Mengetahui Penyebab Perang Puputan Margarana
c)      Menumbuhkan rasa cinta dan rasa memiliki terhadap sejarah khusunya peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi di Bali
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari Penulisan karya tulis ini sebagai berikut :
-          Bagi Masyarakat luas : Agar mengetahui bagaimana kronolgi kejadian Perang Puputan Margarana agar tidak terjadi kesimpangan terhadap suatu asumsi masyarakat.

1.5 Metode
Metode yang dilakukan dalam membuat karya tulis ini adalah :
a)      Metode Deskriptif yang artinya penulishanya menguraikan dalam bentuk kata-kata kalimat.
b)      Metode Library Research yaitu riset perpustakaan untuk mendapatkan informasi lain.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Sejarah Awal Terjadinya Perang Puputan Margarana
         
          Puputan adalah tradisi perang masyarakat Bali. Puputan berasal dari kata puput. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata puput bermakna terlepas dan tanggal. Adapun yang dimaksud dengan kata puputan versi pribumi bali adalah perang sampai nyawa lepas atau tanggal dari badan. Dapat dikatakan kalau puputan adalah perang sampai game over atau titik darahterakhir. Istilah Margarana diambil dari lokasi pertempuran hebat yang saat itu berlangsung di daerah Marga, Tababan-Bali.
Menurut sejarah, ada sejumlah puputan yang meletus di Bali. Namun, yang terkenal dan termasuk hebat, terdapat sekitar dua puputan. Pertama, Puputan Jagaraga yang dipimpin oleh Kerajaan Buleleng melawan imprealis Belanda. Strategi puputan yang diterapkan ketika itu adalah sistem tawan karang dengan menyita transportasi laut imprealis Belanda yang bersandar ke pelabuhan Buleleng. Kedua, puputan Margarana yang berpusat di Desa Adeng, Kecamatan Marga, Tababan, Bali. Tokoh perang ini adalah Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai. I Gusti Ngurah Rai dilahirkan di Desa Carangsari, Kabupaten Badung, Bali, 30 Januari 1917.
Puputan Margarana dianggap banyak pihak sebagai perang sengit yang pernah bergulir di Pulau Dewata, Bali. Terdahap beberapa versi yang melatarbelakangi meledaknya Puputan Margarana. Namun, jika kembali membalik lembaran sejarah Indonesia, maka dapat ditarik sebuah benang merah bahwa perang ini terjadi akibat ketidakpuasan yang lahir pasca Perjanjian Linggarjati. Perundingan itu terjadi pada 10 November 1945, antara Belanda dan pemerintahan Indonesia. Salah satu poin Linggarjati membuat hati rakyat Bali terasa tercabik hatinya adalah tidak masuknya daerah Bali menjadi bagian dari daerah teritorial Indonesia.
Linggar jadi sangat menguntungkan Belanda. Melalui Linggarjati Belanda hanya mengakui Sumatera, Jawa dan Madura sebagai wilayah teritorial Indonesia secara de facto, sementara tidak untuk pulau seribu idaman, Dewata, Bali. Niat menjadikan bali sebagai Negara Indonesia Timur, Belanda menambah kekuatan militernya untuk menacapkan kuku imprealis lebih dalam di Bali. Pasca Linggarjati sejumlah kapal banyak mendarat di pelabuah lepas pantai Baling. Ini juga barangkali yang menyebabkan meletusnya Puputan Jagarana yang dipimpin oleh Kerajaan Buleleng.
Keadaan ini membuat suhu perpolitikan dalam negeri sedikit tidak stabil, goyah Sebagian pihak menilai perjanjian Linggarjati merugikan RI. Rakyat bali kecewa karena berhak menjadi bagian dari kesatuan RI. I Gusti Ngurah Rai yang saat itu menjabat sebagai Komandan Resiman Nusa Tenggara ‘digoda’ oleh Belanda. Sejumlah tawaran menggiurkan disodorkan untuk meluluhkan hati Sang Kolonel agar membentuk Negara Indonesia Timur. Gusti Ngurah Rai yang saat itu berusia 29 tahun lebih memilih Indonesia sebagai Tanah Airnya.
Alur Puputan Margarana bermula dari perintah I Gusti Ngurah Rai kepada pasukan Ciung Wanara untuk melucuti persenjata polisi Nica yang menduduki Kota Tabanan. Perintah yang keluar sekitar pertengahan November 1946, baru berhasil mulus dilaksakan tiga hari kemudian. Puluhan senjata lengkap dengan alterinya berhasil direbut oleh pasukan Ciung Wanara.
Pasca pelucutan senjata Nica, semua pasukan khusus Gusti Ngurah Rai kembali dengan penuh bangga ke Desa Adeng-Marga. Perebutan sejumlah senjata api pada malam 18 November 1946 telah membakar kemarahan Belanda. Belanda mengumpulkan sejumlah informasi guna mendeteksi peristiwa misterius malam itu. Tidak lama, Belanda pun menyusun strategi penyerangan. Tampaknya tidak mau kecolongan kedua kalinya, pagi-pagi buta dua hari pasca peristiwa itu (20 November 1946) Belanda mulai mengisolasi Desa Adeng, Marga.
Batalion Ciung Wanara pagi itu memang tengah mengadakan longmarch ke Gunung Agung, ujung timur Pulau Bali. Selain penjagaan, patroli juga untuk melihat sejuah mana aktivitas Belanda. Tidak berselang lama setelah matahari menyinsing (sekitar pukul 09.00-10.00 WIT), pasukan Ciung Wanara baru sadar kalau perjalanan mereka sudah diawasi dan dikepung oleh serdadu Belanda. Melihat kondisi yang cukup mengkhawatirkan ketika itu, pasukan Ciung Wanara memilih untuk bertahanan di sekitar perkebunan di daerah perbukitan Gunung Agung.
Benar saja, tiba-tiba rentetan serangan bruntun mengarah ke pasukan Ciung Wanara. I Gusti Ngurah Rai saat itu memang sudah gerah dengan tindak-tanduk Belanda mengobarkan api perlawanan. Aksi tembak-menembak pun tak terelakkan. Pagi yang tenang seketika berubah menjadi pertempuran yang menggemparkan sekaligus mendebarkan. Ciung Wanara saat ini memang cukup terkejut, sebab tidak mengira akan terjadi pertempuran hebat semacam itu.
Letupan senjata terdengar di segala sisi daerah marga. Pasukan Indische Civil Administration (NICA) bentukan Belanda, yang merasa sangatmerasa terhina dengan peristiwa malam itu sangat ambisius dan brutal mengemur Desa Marga dari berbagai arah. Serangan hebat pagi itu tak kunjung membuat Ciung Wanara dan Gusti Ngurah Rai Menyerah. Serangan balik dan terarah membuah Belanda kewalahan.
Sederetan pasukan lapis pertama Belanda pun tewas dengan tragis. Strategi perang yang digunakan Gusti Ngurah Rai saat itu tidak begitu jelas. Namun, kobaran semangat juang begitu terasa. Pantang menyerah, biarlah gugur di medan perang, menjadi prinsip mendarah daging di tubuh pasukan Gusti Ngurah Rai. Seketika itu, kebun jagung dan palawija berubah menjadi genosida manusia. Ada yang menyebutkan, saat itulah Gusti Ngurah Rai menerapkan puputan, atau prinsip perang habis-habisan hingga nyawa melayang.
Demi pemberangusan Desa Marga, Belanda terpaksa meminta semua militer di daerah Bali untuk datang membantu. Belanda juga mengerahkan sejulah jet tempur untuk membom-bardir kota Marga. Kawasan marga yang permai berganti kepulan asap, dan bau darah terbakar akibat seranga udara Belang. Perang sengit di Desa Marga berakhir dengan gugurnya Gusti Ngurah Rai dan semua pasukannya. Puputan Margarana menyebabkan sekitar 96 gugur sebagai pahlawan bangsa, sementara di pihak Belanda, lebih kurang sekitar 400 orang tewas. Mengenang perperangan hebat di desa Marga maka didirikan sebuah Tuguh Pahlawan Taman Pujaan Bangsa. Tanggal 20 November 1946 juga dijadikan hari perang Puputan Margarana. Perang ini tercatat sebagai salah satu perang hebat di Pulau Dewata dan Indonesia.

2.2 Latar Belakang Perang Puputan Margarana
               
Latar belakang munculnya puputan Margarana sendiri bermula dari Perundingan Linggarjati. Pada tanggal 10 November 1946, Belanda melakukan perundingan linggarjati dengan pemerintah Indonesia. Dijelaskan bahwa salah satu isi dari perundingan Linggajati adalah Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura. Dan selanjutnya Belanda diharuskan sudah meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949. Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1949 Belanda mendaratkan pasukannya kurang lebih 2000 tentara di Bali yang diikuti oleh tokoh-tokoh yang memihak Belanda. Tujuan dari pendaratan Belanda ke Bali sendiri adalah untuk menegakkan berdirinya Negara Indonesia Timur. Pada waktu itu Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang menjabat sebagai Komandan Resiman Nusa Tenggara sedang pergi ke Yogyakarta untuk mengadakan konsultasi dengan Markas tertinggi TRI, sehingga dia tidak mengetahui tentang pendaratan Belanda tersebut.
Di saat pasukan Belanda sudah berhasil mendarat di Bali, perkembangan politik di pusat Pemerintahan Republik Indonesia kurang menguntungkan akibat perundingan Linggajati, di mana pulau Bali tidak diakui sebagai bagian wilayah Republik Indonesia. Pada umumnya Rakyat Bali sendiri merasa kecewa terhadap isi perundingan tersebut karena mereka merasa berhak masuk menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terlebih lagi ketika Belanda berusaha membujuk Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai untuk diajak membentuk Negara Indonesia Timur. Untung saja ajakan tersebut ditolak dengan tegas oleh I Gusti Ngurah Rai, bahkan dijawab dengan perlawanan bersenjata Pada tanggal 18 November 1946. Pada saat itu I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya Ciung Wanara Berhasil memperoleh kemenangan dalam penyerbuan ke tangsi NICA di Tabanan.  Karena geram, kemudian Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya di Bali dan Lombok untuk menghadapi perlawanan I Gusti Ngurah Rai dan Rakyat Bali. Selain merasa geram terhadap kekalahan pada pertempuran pertama, ternyata pasukan  Belanda juga kesal karena adanya konsolidasi dan pemusatan pasukan Ngurah Rai  yang ditempatkan di Desa Adeng, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali. Setelah berhasil mengumpulkan pasukannya dari Bali dan Lombok, kemudian Belanda berusaha mencari pusat kedudukan pasukan Ciung Wanara.




2.3 Puncak Peristiwa Perang Puputan Margarana

                Pada tanggal 20 November 1946 I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya (Ciung Wanara), melakukan longmarch ke Gunung Agung, ujung timur Pulau Bali. Tetapi tiba-tiba ditengah perjalanan, pasukan ini dicegat oleh serdadu Belanda di Desa Marga, Tabanan, Bali.
Tak pelak, pertempuran sengit pun tidak dapat diindahkan. Sehingga sontak daerah Marga yang saat itu masih dikelilingi ladang jagung yang tenang, berubah menjadi pertempuran yang menggemparkan dan mendebarkan bagi warga sekitar. Bunyi letupan senjata tiba-tiba serentak mengepung ladang jagung di daerah perbukitan yang terletak sekitar 40 kilometer dari Denpasar itu.
Pasukan pemuda Ciung Wanara yang saat itu masih belum siap dengan persenjataannya, tidak terlalu terburu-buru menyerang serdadu Belanda. Mereka masih berfokus dengan pertahanannya dan menunggu komando dari I Gusti Ngoerah Rai untuk membalas serangan. Begitu tembakan tanda menyerang diletuskan, puluhan pemuda menyeruak dari ladang jagung dan membalas sergapan tentara Indische Civil Administration (NICA) bentukan Belanda. Dengan senjata rampasan, akhirnya Ciung Wanara berhasil memukul mundur serdadu Belanda.
Namun ternyata pertempuran belum usai. Kali ini serdadu Belanda yang sudah   terpancing emosi berubah menjadi semakin brutal. Kali ini, bukan hanya letupan senjata yang terdengar, namun NICA menggempur pasukan muda I Gusti Ngoerah Rai ini dengan bom dari pesawat udara. Hamparan sawah dan ladang jagung yang subur itu kini menjadi ladang pembantaian penuh asap dan darah.
Perang sampai habis atau puputan inilah yang kemudian mengakhiri hidup I Gusti Ngurah Rai. Peristiwa inilah yang kemudian dicatat sebagai peristiwa Puputan Margarana. Malam itu pada 20 November 1946 di Marga adalah sejarah penting tonggak perjuangan rakyat di Indonesia melawan kolonial Belanda demi Nusa dan Bangsa.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

          Perang Puputan Margarana Adalah Perang habis-habisan yang terjadi pada tanggal 20 November 1946. Pada saat itu I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya (Ciung Wanara), melakukan longmarch ke Gunung Agung, ujung timur Pulau Bali. Pasukan pemuda Ciung Wanara yang saat itu masih belum siap dengan persenjataannya, tidak terlalu terburu-buru menyerang serdadu Belanda. Mereka masih berfokus dengan pertahanannya dan menunggu komando dari I Gusti Ngoerah Rai untuk membalas serangan. Begitu tembakan tanda menyerang diletuskan, puluhan pemuda menyeruak dari ladang jagung dan membalas sergapan tentara Indische Civil Administration (NICA) bentukan Belanda. Dengan senjata rampasan, akhirnya Ciung Wanara berhasil memukul mundur serdadu Belanda. Perang sampai habis atau puputan inilah yang kemudian mengakhiri hidup I Gusti Ngurah Rai. Peristiwa inilah yang kemudian dicatat sebagai peristiwa Puputan Margarana. Malam itu pada 20 November 1946 di Marga.


3.2 Saran

            Sebaiknya para generasi muda hendaknya bercermin dan belajar pada sejarah untuk dijadikan sebagai pedoman untuk melangkah ke masa depan yang lebih baik, dan generasi muda juga sepantasnya jangan lupa dengan jasa-jasa pahlawan kita dengan cara (salah satunya) berbakti pada orang tua dan melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah kita.

SIKAP PEDULI TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP


             Berbagai krisis saat ini mengancam keberlangsungan kehidupan di Bumi ini adalah diantaranya krisis global warming, krisis ketersediaan sumber energi, krisis ketersediaan pangan dan yang lainnya. Krisis ketersediaan bahan pangan yang menipis lambat laun akan menjadi ancaman serius jika tidak mendapat penanganan yang serius. Hal tersebut diperparah lagi oleh pencemaran tanah di beberapa tempat yang sudah melebihi ambang batas. Salah satu penyebabnya adalah pencemaran tanah oleh sampah plastik.

Saat ini diperkirakan setiap tahun telah diproduksi 500 juta hingga 1 miliar kantung palstik di seluruh dunia. Dengan perkiraan menghabiskan 17 juta barel minyak dan 14 juta pohon ditebang setiap tahun. Sehingga dapat di bayangkan sampah plastik yang dihasilkan jika dibentangkan akan dapat menutupi seluruh permukaan Bumi. Sampah plastik tersebut jika tidak mendapat penanganan yang baik akan dapat menyebabkan pencemaran tanah dan gangguan kesehatan lainnya.


Kepedulian kepada lingkungan hendaknya dipandang sebagai usaha yang bersifat berkelanjutan melalui Pendidikan Lingkungan Hidup. Pertemuan aktivis lingkungan PBB yang berlangsung tanggal 5 - 16 Juni di Stockholm yang diikuti oleh 113 negara yang menetapkan prinsip-prinsip lingkungan hidup dan tanggal 5 Juni ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia.


Kesadaran tentang pentingnya Pendidikan Lingkungan Hidup juga muncul di Indonesia. Pendidikan Lingkungan Hidup adalah proses dasar untuk mengembangkan warga negara agar supaya menyadari dan merasa terpanggil untuk memperhatikan lingkungan hidup dan masalah-masalah yang menyertai. Demikian pula hendaknya memiliki pengetahuan , keterampilan motivasi dan tanggung jawab untuk mengambil tindakan-tindakan pemecahan atas masalah – masalah lingkungan hidup.


Secara kelembagaan sektor pendidikan dapat mendukung upaya tersebut secara berkelanjutan. Sikap peduli pada lingkungan diselenggarakan oleh institusi pendidikan ini adalah perguruan tinggi dan sekolah. Sekolah dasar adalah salah saut institusi pendidikan dasar yang dapat secara dini menyelenggarakan pembelajaran yang berbasiskan lingkungan.


Untuk menanamkan sikap peduli kepada lingkungan diintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran BUDI PEKERTI dalam bentuk pembelajaran yang dilaksanakan melalui pendekatan dan metode yang mengedepankan keterlibatan siswa secara langsung. Hal tersebut bertujuan untuk menumbuhkan sikap siswa yang peduli pada lingkungan dan memiliki keterampilan dasar dalam hal mewujudkan sikap peduli terhadap lingkungan melalui perilaku. Diantara pendekatan dan metode tersebut adalah metode proyek, metode penugasan, melalui pendekatan Contekstual Learning, Project Base Learning dan sebagainya.





GENERASI MUDA : revisi kebijakan pengolahan sampah untuk bumi pertiwi




Dewasa ini, begitu banyak permasalahan yang diakibatkan oleh orang yang tidak memperdulikan Kelestarian Lingkungan alam sekitar, seolah-olah mereka seperti makhluk hidup yang tidak memiliki akal dan kesadaran akan apa yang telah mereka lakukan terhadap lingkungan alam tempat kita berpijak. Hal ini tentu saja mereka lakukan semata-mata karena tidak tahu arti lingkungan itu sendiri bagi kehidupan. Contohnya di Negara kita Indonesia tentunya memiliki masalah lingkungan yang berasal dari sampah, yang sampai saat ini belum ada penyelesaiannya. Dengan adanya masalah tersebut, sampai saat ini kita sebagai generasi muda dituntut untuk memiliki kesadaran dini untuk memperhatikan kelestarian lingkungan bagi alam di masa depan.

Kita sebagai masyarakat sangat egois dalam hal memperhatikan lingkungan alam, jangankan di alam, di lingkungan sekitarpun kita sangat acuh untuk memperhatikannya. Anggapan itu merupakan hal yang wajar mengingat masih tabunya hal-hal yang berhubungan dengan kelestarian alam di kalangan masyarakat. Sampah-sampah yang saat ini meresahkan masyarakat di sebagian daerah di Indonesia menjadi suatu hal yang sangat mengerikan untuk kelangsungan alam di masa depan. Selain masyarakat luas, pemerintah pun harus turut mengambil alih dalam masalah ini. Sebenarnya ini semua tergantung dari sudut pandang kita sendiri untuk melihat masalah ini menjadi tanggung jawab kita bersama.

Demi terwujudnya kesadaran lingkungan di masa depan, dari sebagian masyarakat luas yang hidup dari alam, maka marilah kita melakukan kontribusi untuk alam. Bersumber pada data Kementerian Negara Lingkungan Hidup 2007 menunjukkan, volume timbunan sampah di 194 kabupaten dan kota di Indonesia mencapai 666 juta liter atau setara 42 juta kilogram, dimana komposisi sampah plastik mencapai 14 persen atau enam juta ton. Berdasarkan produksi sampah perorang yaitu 800 gram perhari dan dengan 220 juta jumlah penduduk maka diperkirakan jumlah timbunan sampah nasional mencapai 176 ribu ton perhari. Dengan masalah ini dari kalangan mayoritas yang merasakan akibat dari sampah  maka jelaslah kita akan melakukan upaya demi pengurangan sampah tersebut. Kita mulai dari upaya yang sangat sederhana seperti mendaur ulang sampah-sampah menjadi sesuatu yang berguna. Dari upaya tersebut kita mengharapkan hasil yang optimal yang kita berikan untuk kelestarian alam di masa depan.

Mengatasi Masalah Sampah

Melestarikan Lingkungan Alam adalah salah satu dari delapan poin Millenium Development Goals yang harus terlaksana pada saat ini. Dengan semangat generasi muda, percaya atau tidak, daur ulang akan menjadi solusi terbaik dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat di masa depan. Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan, energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam konsep daur ulang yaitu penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan recycle), serta prinsip pengolahan sedekat mungkin dengan sumber sampah dengan maksud untuk mengurangi beban pengangkutan (transport cost).

Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi. Berdasarkan peluang di atas, melalui generasi muda tak ada yang tidak mungkin diwujudkan. Di tangan generasi mudalah semua ide segar dan segenap kekuatan baru terhimpun secara massif untuk menggerakkan roda-roda pemikiran menjadi kenyataan di lapangan. Tentu memanfaatkan lahan yang sudah ada, dan mengoptimalkan peran daur ulang sampah tak perlu terburu-buru menjadi penentu kebijkan terlebih dahulu, katakanlah sebagai pejabat publik. Namun beraksi sebagai manusia muda tapi berintelektualitas tinggi dengan idealismenya, maka daur ulang akan menjadi solusi terbaik. Dan dimulai dari disekitar kita, di dekat kita, di tempat dimana kita bisa menemukannya dan ikut andil secara optimal.

Manfaat Daur Ulang Sampah

Sebenarnya sangat banyak manfaat yang ada, jika memang semua masyarakat benar-benar mau melakukan suatu hal yang bermanfaat dari sampah. Satu tangan pemuda setiap harinya mengambil sampah yang ditemukan lalu di kumpulkan pada tempat yang seharusnya. Sudah membantu pemerintah kota dan daerah untujk mempermudah target dalam daur ulang sampah. Satu sisi bisa menyelamatkan ratusan jiwa dari pencemaran lingkungan. Di satu sisi dapat menjadi pembunuh berdarah dingin dengan membuang sampah seenak hatinya.
Menghimpun satu kekuatan dalam institusi kemahasiswaa, organisasi masyarakat/pemuda, LSM untuk menjadikan “one human one trash” sebagai agenda prioritas tahunan. Dengan adanya konsensus bersama, satu koordinasi, bekerjasama dengan penentu kebijakan di institusi/SMA/Universitas membentuk badan pengelolaan sampah mahasiswa, atau setidaknya membuat ruang untuk pengumpulan sampah daur ulang. Sederhananya adanya tempat sampah organik dan non organik untuk membantu dalam penyeleksian daur ulang.

Menekankan bahwa satu tangan dan satu sampah di daur ulang tiap harinya akan menurunkan emisi yang berpotensi menjadi efek gas rumah kaca. Bukan tidak mungkin, berawal dari pemuda dapat berkontribusi di ranah nasional dan internasional. Dengan terjun dan mengikat kontrak kerjasama antara organsisasi siswa dengan pemerintah kota dan organsisasi internsional seperti salah satunya GreenPeace. Dapat dijadikan fasilitas gerakan bersama mendaur ulang sampah dan mengelolanya demi lingkungan yang sehat. Hal diatas merupakan sedikit contoh dari kesadaran dini generasi muda.

Hambatan Proses Daur Ulang Sampah

Pertama yang menjadi kendala adalah kurang disiplinnya warga untuk mau turut ikut campur dalam proses daur ulang, selain dari masalah disiplin, angkutan armada yang ada pada dinas kebersihan menjadi hambatan utamanya. Tentunya ini membuat terhambatnya proses kinerja dari daur ulang sampah tersebut. Rencananya  dengan cukup banyaknya angkutan armada yang ada proses pemilahan sampah organik dan non organik dapat terlaksana lebih cepat sehingga mempermudah proses daur ulang. Masalah kekurangannya angkutan armada ini tentunya menjadi tanggung jawab dari pemerintah. Jika saja pemerintah mau turut ikut campur dalam mengatasinya, tentunya akan berkurangnya hambatan dalam proses daur ulang sampah tersebut. Sebagai contoh kecil, sampah-sampah yang ada di permukiman masyarakat seharusnya di angkut sesuai jadwal malah tidak tepat jadwal yang mengakibatkan terlambat sampainya sampah menuju penampungan.

Peningkatan Kualitas

Kepadatan penduduk di Indonesia menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah. Pasalnya, ”meluapnya“ penduduk dapat menimbulkan dampak negatif khusunya dalam bidang lingkungan. Hal ini diakibatkan oleh adanya aktifitas konsumsi yang dilakukan oleh manusia. Sampah-sampah yang ditimbulkan akibat adanya aktifitas konsumsi tersebut dapat menimbulkan penyakit-penyakit yang berbahaya, misalnya diare, kolera, desentri dan tifus. Selain itu, sampah-sampah yang ada dalam skala besar dapat merusak keindahan lingkungan. Oleh sebab itu, manusia dituntut untuk meningkatkan kreatifitasnya dalam mengelolah sampah menjadi hal yang lebih bermanfaat. Salah satu cara yang dapat dijadikan alternatif pengolahan sampah adalah mendaur ulang sampah-sampah tersebut.
           
Mengingat banyaknya manfaat dari daur ulang sampah, serta dampak negatif yang terjadi  dapat diatasi. Banyak sekali peningkatan kualitas dan perubahan yang akan terjadi seperti kualitas dari produk yang dihasilkan, terwujudnya lingkungan yang bersih dan kemajuan dari kesadaran diri masyarakat yang akan lebih terbuka dalam hal ini. Sudah jelas dari langkah kecil saja kita dapat menyelamatkan kelangsungan hidup alam dan isinya.

Jika hari ini dunia menjadi gelap gulita maka kita akan menjadi cahaya pelita untuk menerangi mereka, karena kita adalah harapan untuk setiap jiwa di dunia. Dengan Menyolidkan barisan, menyamakan visi, misi serta menghimpun kekuatan bersama, impian untuk menjadikan alam menuju kehidupan yang lebih baik akan terwujudkan dalam sebuah realita. Mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok. Melalui kontribusi generasi muda, mari kita daur ulang dunia demi lingkungan hidup yang lebih sehat.

GREGOR MANDEL




once upon a time there lived a boy named Gregor Mandel. Gregor Mandel not come from wealthy families. his father only a farmer. Gregor Mandel is a very smart boy, he always helped his parents when parents are at work. but Gregor Mandel was a shy child. his mother is very worried about the state of his son, and her mother were entering school for Gregor Mandel. Gregor Mandel was very shy at school he did not dare mingle with their peers.
ten years later when Gregor Mandel was nineteen years old school in olmutz Gregor Mandel. Gregor Mandel there be a teacher at one church in the city of Brno. at that time Gregor Mandel met with scientists who are very smart, "whether you are a teacher here?" Gregor Mandel said. "yes, I am here as a teacher, whether you are a new student?" scientists said. "yes I am a new student, please guide me". Gregor Mandel said.
because the loyalty of Gregor Mendel in 1847 Mandel was appointed as a priest, and immediately took a position as a teacher. after Mendel was appointed as a lecturer, at that time will also be held for university entrance test in Austria, Mendel notified of this information from the priest algeo "Mendel would you want to go to university and continue the school?" said the priest. "yes of course I want to, whether to place a test to enter university?" hear the word. "It will be held test, you learn that emotion can go in there". said the priest.
three months later when the test for university entrance has been held over, Mendel had passed the test and they moved him to go to university in Austria. when he went to school there Mendel helped by a close friend named thomas.
"Mendel would you go to school here too?" thomas said. "yes I was of school here too, we met again after so long not met." Mendel said. after 3 years of schooling there, Mendel also made ​​a lot of papers about the science of genetics, at the time of the last works he wrote Mendel received an award from the city government austria and Mendel was assigned as the father of genetics.